GERAKAN ANTI KEKERASAN SULING SUMERTA 

Dalam dunia pendidikan anak usia dini, kekerasan terhadap anak masih menjadi isu yang mengkhawatirkan. Tekanan akademik, terutama terkait calistung (baca, tulis, hitung) seringkali menjadi pemicu utama kekerasan fisik dan emosional baik di rumah maupun di sekolah. 

 

Kenapa Gerakan Suling Sumerta Penting? 

Dalam upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan, Taman Kanak-Kanak Putra Udyana berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam gerakan pencegahan kekerasan di lingkungan sekolah khususnya di wilayah Kelurahan Sumerta Kota Denpasar. Kekerasan terhadap anak merupakan isu yang serius dan dapat memberikan dampak jangka panjang pada perkembangan mental dan emosional anak. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah-langkah nyata yang melibatkan seluruh warga sekolah, termasuk guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat sekitar.

Program “SULING SUMERTA” (Satuan Pendidikan Unggul Lahirkan Insan Peduli, Gerakan Anti Kekerasan dan Sayangi Anak Kita) merupakan langkah nyata dalam membentuk generasi yang peduli, bebas dari kekerasan, dan menghargai hak-hak sesama. Sejalan dengan motto kelurahan “SULING”,”Semeton Uning lan Eling,” program ini menanamkan nilai-nilai kesadaran dan kebersamaan, menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan kondusif. Kata “Semeton” dalam bahasa Bali berarti “saudara” atau “kerabat.” Dalam konteks ini, “Semeton Uning lan Eling” mengajak seluruh anggota masyarakat, yang dianggap sebagai satu keluarga besar untuk sadar (uning) dan ingat (eling) akan tanggung jawabnya dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak-anak secara holistik. Dengan motto ini mengajak masyarakat dan pemerintah untuk tetap waspada dan kreatif dalam menghadapi perubahan dan tantangan. Dengan menggabungkan semangat “uninging” (bersama-sama) dan “elinging” (penuh kesadaran)  untuk dapat mencari solusi inovatif atas segala tantangan yang ada.

Melalui sinergi antara sekolah, orang tua, pendidik, dan komunitas, SULING SUMERTA berupaya mengembangkan anak-anak yang berperilaku positif, mengedepankan empati, dan siap berkontribusi bagi masyarakat tanpa kekerasan. Program ini juga bertujuan untuk memperkuat kerjasama antara sekolah dan komunitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara holistik.

Melalui Gerakan Anti Kekerasan dan Sayangi Anak Kita, TK Putra Udyana berharap dapat meningkatkan kesadaran semua pihak akan pentingnya perlindungan terhadap anak-anak, serta memupuk budaya kasih sayang dan toleransi di kalangan peserta didik. Gerakan ini diimplementasikan melalui berbagai kegiatan yang terstruktur dan melibatkan semua elemen masyarakat sekolah, sehingga dapat membentuk generasi yang tangguh, bijak, dan berbudi pekerti luhur. Diharapkan gerakan ini tidak hanya menjadi langkah preventif terhadap kekerasan di sekolah, tetapi juga sebagai model praktik baik yang dapat diadopsi oleh satuan pendidikan lainnya. Melalui gerakan ini, TK Putra Udyana meneguhkan tekad untuk melahirkan generasi yang unggul, peduli, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

 

Mengapa Tekanan Calistung Bisa Berbahaya? 

Fenomena di TK Putra Udyana, mengungkapkan dampak negatif dari tekanan calistung (baca, tulis, hitung) pada anak usia dini. Tekanan ini tidak hanya berasal dari keinginan orang tua agar anak-anak mereka siap untuk jenjang pendidikan berikutnya, tetapi juga menciptakan lingkungan yang penuh tekanan dan kekerasan, baik di rumah maupun di sekolah. Di banyak rumah, kekerasan fisik dan emosional sering terjadi sebagai respon terhadap ketidakmampuan anak untuk memenuhi ekspektasi calistung. Anak-anak yang belum siap secara kognitif atau emosional untuk belajar calistung seringkali mendapatkan bentakan, teguran keras, bahkan pukulan dari orang tua mereka. Kekerasan ini timbul dari keinginan orang tua agar anak-anak tidak tertinggal dalam pencapaian akademik, namun justru mengorbankan kesejahteraan psikologis anak.

Di lingkungan sekolah, situasi ini semakin diperburuk oleh ekspektasi yang sering kali diterapkan oleh guru-guru SD kelas awal. Banyak guru mengharapkan anak-anak sudah bisa membaca dan menulis sebelum mereka memasuki kelas awal. Ekspektasi yang berlebihan ini sering kali menyebabkan siswa yang belum mencapai keterampilan calistung yang diharapkan menjadi sasaran perbandingan dengan teman-teman mereka yang sudah bisa. Perbandingan ini, meskipun tidak selalu disadari sering kali berujung pada bentuk-bentuk bullying yang dilakukan oleh guru sendiri.

Dalam beberapa kasus, guru tidak ragu untuk menegur orang tua dengan keras, bahkan merekomendasikan agar anak-anak mengikuti bimbingan belajar tambahan untuk mengejar ketertinggalan. Tekanan ini menyebabkan anak-anak sering menjadi sasaran kemarahan di rumah, yang mengakibatkan anak merasa dipermalukan dan mengalami stres emosional yang lebih berat. Kondisi ini memperburuk kesejahteraan psikologis anak-anak, yang sudah mengalami tekanan dari berbagai arah. Anak-anak yang tidak siap menghadapi tuntutan akademik sering kali merasa tertekan, kehilangan rasa percaya diri, dan menunjukkan tanda-tanda stres seperti kecemasan, kehilangan minat belajar, dan masalah perilaku.

Kekerasan emosional yang dialami anak-anak dari tekanan akademik yang berlebihan, dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang merugikan hingga dewasa. Anak-anak yang terus-menerus menghadapi stres akademik cenderung mengembangkan gangguan kecemasan, depresi, dan harga diri yang rendah. Mereka sering mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal yang sehat serta memiliki risiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental di masa dewasa.

Beberapa studi mendukung pandangan ini. Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), anak-anak yang tumbuh di bawah tekanan akademik tinggi sering menunjukkan kecenderungan untuk menghadapi masalah emosional di kemudian hari. Dampaknya termasuk kemampuan adaptasi yang buruk, kecenderungan untuk perfeksionisme, serta ketidakmampuan mengelola stres. Dalam beberapa kasus, juga bisa mengalami burnout kronis (kondisi stres kerja yang gagal dikelola sehingga mencapai level kronis), yang mengakibatkan penurunan produktivitas dan kebahagiaan secara keseluruhan di masa dewasa. Seseorang yang mengalami kekerasan emosional di masa kecil lebih rentan terhadap gangguan mental seperti depresi, kecemasan berlebihan, dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Mereka juga berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan pola perilaku merusak diri, seperti kecanduan atau masalah dalam mengelola konflik secara sehat .

Oleh karena itu, penting untuk mengatasi ekspektasi berlebihan terhadap kemampuan calistung sebagai satu-satunya indikator keberhasilan pembelajaran pada anak usia dini. Edukasi kepada guru dan orang tua mengenai dampak negatif dari tekanan akademik yang berlebihan dan perbandingan yang dirasakan oleh anak sangat diperlukan. Dengan menerapkan pendekatan yang lebih suportif dan pemahaman yang mendalam tentang tahap perkembangan anak dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih sehat dan mendukung serta mengurangi risiko kekerasan psikologis yang dialami oleh anak.

 

Bagaimana Suling Sumerta Mengubah Paradigma Pendidikan? 

Di TK Putra Udyana, pendidik berkomitmen untuk menghadapi tantangan ini dengan menjaga keseimbangan antara pembelajaran dan hak anak untuk bermain. Kami mengedukasi orang tua dan pendidik mengenai pentingnya pendekatan yang lebih lembut dan suportif dalam pendidikan anak usia dini. Dengan meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif dari tekanan calistung dan mendorong pendekatan yang lebih empatik, sehingga nantinya dapat mengurangi kekerasan emosional dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih sehat dan mendukung perkembangan anak secara holistik.

TK Putra Udyana telah mengambil langkah-langkah progresif untuk mengatasi kekerasan psikis dan tekanan yang dialami anak-anak. Dengan fokus pada pencegahan kekerasan, program-program dirancang untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, ramah, dan mendukung kesejahteraan mental anak. Melalui berbagai gerakan TK Putra Udyana memastikan bahwa pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar dapat berjalan selaras, tanpa kekerasan dan sikap saling menyalahkan. Upaya ini tidak hanya memberikan perlindungan bagi anak, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan mereka di masa depan.

 

Bersama Bergerak Wujudkan Perubahan dalam Suling Sumerta. 

Apa saja yang kami gerakan dalam Suling Sumerta? Salah satu program utama yang dilaksanakan adalah diskusi terpumpun yang melibatkan Bapak Lurah Sumerta, Bunda PAUD, serta para guru PAUD dan SD kelas awal di lingkungan kelurahan. Program ini tentu dipelopori oleh TK Putra Udyana sebagai penggagas gerakan kolaborasi yang mensinergikan pendidikan antara anak usia dini dan sekolah dasar di Kelurahan Sumerta. Diskusi ini diikuti oleh TK Putra Udyana, TK PGRI Kota Denpasar, SD Negeri 1 Sumerta, SD Negeri 10 Sumerta, dan SD PGRI Kota Denpasar, dengan tujuan menyelaraskan metode pembelajaran guna mengurangi tekanan pada anak-anak. Fokus utama dalam kegiatan diskusi ini adalah menghindari stres dan kekerasan emosional pada anak, serta memastikan kesejahteraan mereka secara holistik. Salah satu poin penting yang diangkat adalah bahwa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) bukanlah satu-satunya ukuran keberhasilan anak usia dini hingga SD kelas awal (kelas 1 dan 2). Sebaliknya, pendidikan yang berkualitas harus lebih menekankan pada pengembangan enam kemampuan fondasi dasar perkembangan anak termasuk aspek emosional, sosial, kognitif, fisik, bahasa, dan moral. Anak-anak yang belajar dengan bahagia dan tanpa tekanan diharapkan tumbuh menjadi generasi yang bermental sehat.

Gerakan ini juga mencakup penerapan kebijakan “Nol Bully” serta pelatihan khusus untuk pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran positif, yang menciptakan lingkungan aman dan suportif bagi semua siswa. Diskusi terpumpun ini dilaksanakan secara berkala setiap enam bulan sekali untuk memastikan keberlanjutan sinergi dan evaluasi perkembangan program.

   

Gerakan lainnya untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat diadakan sosialisasi melalui kegiatan jalan sehat. Kegiatan ini tidak hanya mempromosikan gaya hidup sehat, tetapi juga menyebarkan pesan penting tentang menjaga kesejahteraan psikologis anak dan mencegah kekerasan di lingkungan rumah. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk menginformasikan bahwa pendidikan PAUD dan SD kelas awal seharusnya menjadi tempat bermain dan belajar yang menyenangkan, di mana anak-anak dapat belajar sambil berkreasi. Dengan fokus pada aktivitas eksplorasi anak-anak dalam belajarnya diajak untuk membangun ide dan kreativitas, jauh dari metode pembelajaran yang monoton seperti drilling dalam membaca, menulis, dan berhitung. Melalui pendekatan yang lebih menyenangkan, gerakan ini mengajak semua pihak menciptakan pengalaman belajar yang berarti bagi anak-anak yang tentunya bebas dari tekanan dan tindak kekerasan. 

Pendekatan kreatif lainnya adalah melalui operet yang menunjukkan bagaimana anak-anak PAUD seharusnya menghadapi transisi ke jenjang SD dengan cara yang menyenangkan tanpa tekanan berlebihan yang dapat berujung pada kekerasan fisik dan psikis. Operet ini diperankan oleh anak-anak serta guru-guru SD dan TK Putra Udyana, mengambil inspirasi dari contoh yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Dengan gerakan melalui penampilan operet, diharapkan informasi dapat disampaikan dengan cara yang lebih mudah diterima oleh orang tua, sambil menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara belajar dan bermain. Penyelarasan antara PAUD dan SD bertujuan untuk meningkatkan pemahaman orang tua bahwa pengenalan calistung haruslah dilakukan dengan cara yang menyenangkan, sehingga dampak jangka panjang pada pemahaman anak akan belajar menjadi positif.

 

Selain itu, untuk memastikan bahwa guru memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang aman bagi anak, diadakan pelatihan khusus mengenai perilaku pencegahan bullying. Pelatihan ini dilakukan bekerja sama dengan 

psikolog berpengalaman dalam menangani kasus kekerasan pada anak. Dengan demikian diharapkan guru dapat lebih siap dalam mencegah dan menangani situasi bullying yang mungkin terjadi di sekolah. Hal ini sangat penting, terutama mengingat bahwa tekanan untuk menguasai calistung dapat meningkatkan risiko perilaku bullying dan stres pada anak. Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung guru dapat membantu anak-anak belajar dengan lebih baik dan menikmati proses pembelajaran tanpa rasa takut atau tekanan berlebihan.

   

Kegiatan lainnya adalah sosialisasi kepada peserta didik mengenai perundungan (bullying) dan dampaknya terhadap teman-teman mereka. Dalam gerakan ini, sekolah bekerja sama dengan karakter badut yang berperan sebagai media interaktif untuk menyampaikan pesan-pesan penting terkait bullying dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak. Badut ini tidak hanya menghadirkan humor dan permainan, tetapi juga membawa pesan serius tentang pentingnya saling menghormati dan membantu teman yang menjadi korban perundungan.

Dengan cara yang menyenangkan dan edukatif, anak-anak diajak untuk memahami bahwa tindakan menyakiti, baik secara fisik maupun emosional, dapat merugikan orang lain. Badut tersebut juga memandu permainan kolaboratif yang mengajarkan empati, kerja sama, dan kepedulian terhadap sesama. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya TK Putra Udyana dalam memastikan bahwa setiap anak memahami nilai-nilai positif dan pentingnya menciptakan lingkungan yang bebas dari kekerasan. Selain itu, kegiatan ini juga mengintegrasikan pengenalan calistung dengan cara bermain, menggunakan berbagai tempat dan sumber belajar yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang pentingnya menghormati satu sama lain, tetapi juga menyadari bahwa belajar calistung bisa dilakukan secara kreatif dan menyenangkan, sehingga mengurangi tekanan yang sering menyertai proses pembelajaran.

Sebagai wujud komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan ramah anak, semua pihak terlibat termasuk pemerintah kota bersama Bunda PAUD Kota Denpasar, Bapak Camat dan Bunda PAUD Kecamatan Denpasar Timur, Bapak Lurah dan Bunda PAUD Kelurahan Sumerta, sekolah, dan komunitas lainnya turut menandatangani komitmen bersama. Penandatanganan ini menjadi simbol keseriusan dan tanggung jawab bersama dalam mendukung hak anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang sehat, baik secara psikis maupun mental. Komitmen ini juga menekankan pentingnya transisi yang menyenangkan antara PAUD dan SD, dengan menolak pendekatan yang memaksakan anak untuk hanya memiliki kemampuan calistung semata. Dalam upaya ini, setiap pihak sepakat bahwa tidak ada lagi perbandingan yang membebani anak-anak. Sebaliknya, fokus utama adalah memastikan anak-anak merasa bahagia dalam proses belajar mereka, sehingga anak dapat berkembang dengan cara yang alami dan penuh dukungan. Dengan gerakan ini, diharapkan anak-anak dapat menikmati pengalaman belajar yang positif sekaligus membangun fondasi yang kuat untuk masa depan mereka.

   

Kolaborasi dalam penerapan praktik baik di TK Putra Udyana melibatkan sinergi yang kuat antara berbagai pihak eksternal dimana berperan penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan ramah anak. Pemerintah daerah, mulai dari tingkat kota, kecamatan, hingga kelurahan, memainkan peran kunci sebagai fasilitator utama, menyediakan dukungan kebijakan pro-anak serta sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan gerakan ini secara efektif.

Pemerintah Kota Denpasar, Kecamatan Denpasar Timur, dan Kelurahan Sumerta tidak hanya memberikan dukungan administratif, tetapi juga menjadi penggerak utama dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang memastikan kesejahteraan anak di lingkungan pendidikan. Kepala sekolah dan komite sekolah bekerjasama untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan perhatian khusus, seperti penanganan kasus bullying dan transisi yang sehat dari PAUD ke SD. Dukungan ini mencakup penyediaan anggaran untuk pelatihan guru, program-program sosialisasi, serta penyebaran informasi melalui berbagai media komunikasi. Dokumen komitmen ini juga menjadi acuan dalam pelaksanaan program-program selanjutnya memastikan bahwa setiap langkah yang diambil selalu berpihak pada kepentingan terbaik anak.

 

Di tingkat kelurahan bersama Lurah Sumerta, Bunda PAUD, dan kepala lingkungan di masing-masing banjar berperan aktif dalam menggerakkan masyarakat untuk mendukung gerakan ini, dengan melakukan pendekatan langsung kepada warga khususnya orang tua murid untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mendukung hak-hak anak. Dengan memanfaatkan acara-acara rutin di tingkat banjar, seperti pertemuan warga dan kegiatan sosial, disini TK Putra Udyana ikut berperan menyampaikan pesan-pesan penting mengenai pencegahan kekerasan dan pentingnya pendidikan yang seimbang antara bermain dan belajar. Gerakan ini menekankan penyampaian informasi bahwa pemaksaan dalam pembelajaran yang sering kali menghasilkan anak-anak dengan kemampuan instan, justru dapat berdampak negatif di kemudian hari. Anak-anak yang tidak diberi ruang untuk belajar dengan cara yang menyenangkan berisiko kehilangan minat dan kegembiraan dalam belajar, serta mengalami masalah mental yang tidak tangguh saat menghadapi tantangan. Dengan pendekatan yang lebih menyenangkan TK Putra Udyana meyakini akan dapat menciptakan generasi yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki mental yang kuat dan cinta terhadap proses belajar. 

 

Dengan adanya kolaborasi yang kuat tidak hanya memastikan keberhasilan gerakan SULING SUMERTA di TK Putra Udyana, tetapi juga menjadi contoh bagi wilayah lain yang ingin mengimplementasikan praktik serupa. Dengan sinergi yang solid antara berbagai pihak, program ini mampu menciptakan dampak positif yang signifikan bagi kesejahteraan psikologis dan pendidikan anak-anak di wilayah Kelurahan Sumerta.

 

Hasilnya?

Sejak penerapan program SULING SUMERTA di TK Putra Udyana, terjadi perubahan positif yang signifikan dalam menghilangkan kekerasan terhadap anak, baik dari pihak orang tua maupun pendidik. Gerakan ini berhasil mengatasi berbagai bentuk kekerasan emosional dan fisik yang sering disebabkan oleh tekanan calistung dan metode pengajaran yang tidak sesuai.

Sebelumnya, banyak anak mengalami tekanan berat untuk menguasai keterampilan calistung yang sering kali mengarah pada kekerasan fisik atau emosional baik di rumah maupun di sekolah. Tekanan ini menyebabkan stres dan ketidaknyamanan yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis anak. Orang tua yang sering merasa khawatir akan kesiapan akademis anak mereka kadang-kadang menggunakan hukuman fisik atau verbal sebagai cara untuk mendorong pencapaian akademik. Di sekolah, beberapa guru juga menerapkan metode yang keras untuk memastikan anak-anak memenuhi ekspektasi calistung.

 

GERAKAN SULING SUMERTA mengatasi masalah ini dengan mengubah pendekatan pendidikan. Fokus utama dari gerakan ini adalah menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan memahami yang mencegah tindakan kekerasan kepada anak. Dengan mengedepankan pendekatan yang kolaboratif, proses pembelajaran yang lebih lembut dan penuh pengertian, sehingga gerakan ini berhasil mengurangi tekanan berlebihan pada anak-anak dan mendukung  pembelajaran yang menyenangkan yang sesuai perkembangan anak usia dini.

Di TK Putra Udyana, tidak hanya terjadi peningkatan dalam minat dan motivasi belajar anak-anak tetapi juga penurunan insiden kekerasan. Orang tua melaporkan perbaikan dalam hubungan dengan anak-anak mereka berkat pendekatan yang lebih suportif dan penuh pengertian. Hal ini menciptakan ikatan yang lebih kuat dan harmonis di rumah yang selanjutnya berdampak positif pada keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak.

Data rapor pendidikan juga menunjukkan bahwa penilaian terhadap penerapan disiplin positif di TK Putra Udyana mencapai 100 persen. Gerakan ini membuktikan bahwa dengan menghargai hak-hak anak dan menekankan keseimbangan antara belajar dan bermain, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung. Hasilnya, kekerasan terhadap anak dapat dihilangkan dan generasi yang lebih bahagia serta sejahtera dapat terwujud.

 

Untuk sekolah atau guru yang ingin menerapkan praktik pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan pada anak seperti di TK Putra Udyana, langkah awal yang penting adalah membangun kesadaran kolektif di antara guru, orang tua, dan komunitas lokal. Diskusi terbuka yang menyoroti dampak negatif kekerasan dan pentingnya menciptakan lingkungan yang suportif bagi anak-anak sangat diperlukan untuk memastikan semua pihak memahami betapa merugikannya kekerasan dan pemaksaan akademik terhadap perkembangan anak.

Selain itu, penting untuk memberikan pelatihan kepada para guru dan TPPK (Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan) sekolah mengenai cara mengenali tanda-tanda kekerasan serta menciptakan lingkungan kelas yang bebas dari bullying. Kolaborasi dengan psikolog dan ahli juga dapat memberikan pendampingan yang tepat dalam menangani kasus kekerasan, sehingga setiap tindakan kekerasan ditangani dengan serius dan segera. Sekolah juga perlu menetapkan kebijakan anti-kekerasan yang tegas dan disosialisasikan secara luas untuk memastikan perlindungan maksimal bagi anak-anak.

 

Terakhir, pengawasan dan monitoring secara kontinu harus diterapkan, misalnya dengan pemasangan CCTV di area rawan serta pembentukan tim pencegahan dan  penanganan kekerasan. Melibatkan orang tua secara aktif dalam setiap program/gerakan melalui pertemuan rutin dan kelas orang tua juga sangat penting. Dukungan dari pemerintah dan komunitas lokal akan memperkuat dan memastikan keberlanjutan program pencegahan kekerasan, sehingga lingkungan pendidikan yang aman dan ramah anak dapat terwujud secara holistik. Ingatlah satuan pendidikan tentunya tidak bisa bergerak sendiri, kolaborasi sangat diperlukan. Hal ini sejalan dengan motto Kelurahan Sumerta “Semeton Uning lan Eling”. 

 

Saatnya Bertindak!

Apakah sekolah Anda sudah memastikan bahwa setiap anak merasa aman dan terlindungi dari kekerasan, baik fisik maupun emosional? Jika belum, saatnya untuk bertindak! Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) Gerakan SULING SUMERTA, sebuah inisiatif yang telah berhasil menghapus tindakan kekerasan di lingkungan sekolah dan menciptakan tempat belajar yang mendukung, penuh kasih, dan bebas tekanan.

Gerakan SULING SUMERTA tidak hanya tentang melakukan perbaikan kecil, tetapi tentang melakukan perubahan mendasar dalam cara kita melindungi dan mendidik anak-anak. Dengan mengadopsi pendekatan ini, Anda tidak hanya melindungi hak-hak anak tetapi juga menjadi agen perubahan yang berani, yang berdiri di garis depan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik dan lebih aman bagi generasi mendatang.

 

Mari bersama-sama bergerak melawan segala bentuk kekerasan di sekolah! Ciptakan lingkungan di mana setiap anak bisa belajar dan tumbuh tanpa tekanan dan rasa takut, dengan penuh kebahagiaan dan keamanan. Setiap tindakan pencegahan yang Anda ambil adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak kita. Mulailah sekarang, dan jadilah bagian dari perubahan nyata yang akan membawa dampak positif bagi anak-anak di sekolah Anda!

Sayangi anak kita, hentikan kekerasan sekarang juga!

 

Penulis : I Gusti Ayu Ketut Mertaningsih – Guru TK Putra Udayana