Mendorong Inklusivitas dalam Pendidikan melalui Pemanfaatan Buku Saku Bunga Rampai Membangun Lingkungan Inklusif

Bertempat di Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Tengah Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Sekretariat Jendral, Kementrian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, mengadakan kegiatan Diseminasi Pemanfaatan Buku Sangu Bunga Rampai Membangun Lingkungan Inklusif pada Selasa 16 Juli 2024.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Pengawas/Penilik, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA/K, Ketua/Pamong PKBM, Kepala/Pamong SKB, dan juga komunitas, di Jawa Tengah.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar, Bapak Drs. Agam Bintoro, M.Si. pada kesempatan ini menyampaikan praktik baik pendidikan inklusif di Kabupaten Karanganyar dan juga penguatan terhadap peserta yang hadir bahwa masyarakat harus selalu didorong untuk memahami persoalan inklusivitas juga kesetaraan gender karena anak-anak yang berkebutuhan khusus seringkali enggan bersekolah jika tidak kita dorong pada sekolah yang dekat dan dilingdungi dengan aspek hukum.

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi beberapa tahun ke depan, tepatnya pada tahun 2045 mendatang. Momentum tersebut bertepatan dengan Indonesia yang akan memasuki usia 100 tahun pada tahun 2045 atau satu abad kemerdekaan dan menjadi kesempatan emas untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045.

Untuk mewujudkan Indonesia Emas, kita perlu menyiapkan generasi penerus berkualitas dan melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah. Hal itu sejalan dengan salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pendidikan berkualitas. Sebagaimana yang kita tahu bahwa SDGs merupakan kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan yang memiliki prinsip Universal, Integrasi, dan Inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal atau disebut NO ONE LEFT BEHIND.

Namun demikian, terdapat beberapa masalah dan tantangan yang terjadi di masyarakat seperti masih banyaknya terjadi berbagai kekerasan, kurangnya aksesibilitas, stigma negatif terhadap penyandang disabilitas, serta diskriminasi. Komnas Perempuan mencatat bahwa indeks inklusivitas Indonesia terbilang rendah di dunia maupun kawasan ASEAN.

Indeks inklusivitas adalah ukuran holistik dari pembangunan inklusif yang berfokus pada kesetaraan ras, etnik, gender, agama, penyandang disabilitas sebagai representasi politik, dan ketimpangan pendapatan. Di tingkat dunia, Indonesia berada di peringkat 125, posisi ini lebih rendah dari Vietnam, Thailand, Filipina, dan Singapura sebagai negara tetangga.

Terkait dengan kesenjangan berbasis gender, Global Gender Gap Report tahun 2023, menunjukkan bahwa indeks kesenjangan gender global Indonesia berada di peringkat 87 dari 146 negara, dimana salah satu kesenjangan gender tersebut terjadi di bidang pendidikan. Seperti, jumlah kepala sekolah yang ada di Indonesia, lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Tahun 2023, jumlah kepala sekolah laki-laki dari jenjang SD hingga pendidikan masyarakat adalah 124.703 orang dan kepala sekolah perempuan hanya 90.020 orang.

Kesenjangan di bidang pendidikan berikutnya terjadi kepada penyandang disabilitas. Berdasarkan data susenas BPS tahun 2020 menunjukkan bahwa penyandang disabilitas yang tidak/belum pernah bersekolah sebanyak 13,02%, dan hanya 5,12% yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Penguatan karakter yang dilakukan Puspeka fokus pada upaya mendukung terwujudnya Profil Pelajar Pancasila; pencegahan dan penanganan tiga isu pendidikan, yakni kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi; serta membangun iklim inklusivitas dan kebinekaan pada ekosistem pendidikan yang termasuk didalamnya adalah kesetaraan gender.

Puspeka juga mengemban mandat dari Mendikbudristek, Mas Nadim Makarim untuk terus mendorong terwujudnya lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk kekerasan, agar dapat menciptakan pendidikan berkualitas yang mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Indonesia dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka Puspeka terus berkomitmen dalam melaksanakan mandat dan tugasnya dengan melakukan berbagai kampanye penguatan karakter, salah satunya terkait inklusivitas dan kesetaraan gender, yaitu berupa produksi konten, webinar, talkshow, aktivasi peringatan hari besar, termasuk penyusunan buku saku, serta kegiatan lainnya. Tahun 2023, Puspeka telah melakukan penyusunan Buku Saku Buku Saku Iklim Inklusivitas bagi Anak Indonesia dan Buku Saku Kesetaraan Gender Bidang Pendidikan, yang dalam prosesnya melibatkan para psikolog, akademisi, orang tua, praktisi, serta komunitas di bidang inklusivitas dan kesetaraan gender.

Kedua buku saku tersebut sudah didiseminasikan ke beberapa daerah Pada pelaksanaanya, para pembaca menginginkan gambaran informasi lainnya terutama terkait ragam disabilitas dan kebutuhan khusus, sehingga dapat membantu mereka untuk mengenali dan berkomunikasi dengan penyandang disabilitas. Oleh karena itu, pada tahun ini, Puspeka mengembangkan kedua buku saku menjadi Bunga Rampai Membangun Lingkungan Inklusif.

Pertemuan ini dilakukan untuk mendiseminasikan buku tersebut agar dapat bermanfaat bagi orang tua, masyarakat dan sekolah sebagai satu kesatuan ekosistem pendidikan dalam mendukung tumbuh kembang anak sehingga menjadi manusia yang tidak hanya berhasil dalam pencapaian akademik, namun juga tetap berakhlak dan berkarakter baik.