Masih pedulikah masyarakat kita pada penyangga kehidupan manusia yakni sungai dan habitat tumbuhan serta makhluk air lainnya?
Kapan sungai Citarum di Bandung bisa disebut bersih dan layak? Akankah 2024 menjadi tahun yang akan mengubah predikat tersebut?. Permasalahan banjir, bau dari limbah yang membusuk, maupun perilaku buang sampah ke sungai menjadi fenomena buruk yang harus dihentikan. Perlu cara yang efektif untuk menyadarkannya, maka dapat dijawab salah satunya dengan inovasi pembelajaran yang mencerdaskan masyarakat oleh orang-orang yang terdidik. Warga SMAN 3 Bandung memiliki tekad melakukan kampanye sehatkan kembali sungai dengan gerakan pembelajaran Ranumkan (Rancang, Bangun, dan Terapkan). Permasalahan yang sebenarnya bukan sekadar menyadarkan orang lain untuk melakukan perbuatan baik dalam menjaga kelestarian lingkungan. Namun menumbuhkan rasa sadar pada diri yang kemudian dilestarikan sebagai kebiasaan proaktif.
Aktivitas keseharian rumah tangga, sumbangan sampah pasar dan toko, serta kotoran limbah industri lainnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang merupakan anak Sungai Citarum, menjadi salah satu penyumbang polusi sungai. Bahkan Sungai Citarum menjadi salah satu tempat tercemar dan terkotor di dunia oleh Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute pada 2013. Sungai ini terlewati oleh seluruh masyarakat yang berakrivitas di pusat kota, termasuk siswa dan warga SMA Negeri 3 Bandung lainnya. Akibat yang ditimbulkan diantaranya lingkungan kotor, berbau, air tidak bersih, dan banjir.
DAS Cikapundung merupakan bagian dari DAS Citarum yang berfungsi sebagai drainase utama pusat Kota Bandung. Eksploitasi ruang dan sumber daya air yang tinggi dapat memicu banjir, terutama kebiasan membuang sampah dan limbah ke aliran sungai. Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien limpasan DAS Cikapundung tahun 2020 adalah sebesar 43. Dampak hilir dari genangan banjir yang lebih luas mencakup semua sektor yang lebih terkena dampak banjir. Perkiraan total kerugian untuk 25 kali kejadian banjir di DAS Cikapundung sekitar 1.124 juta rupiah, dan jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 700.000 jiwa. (Marselina dkk, 2022)
Berawal dari pencemaran sungai, berlanjut pada lingkungan sekitar, awalnya kekhawatiran atas polusi air, berakhir dengan solusi mengubah perilaku dan pola pikir. Berbagai hasil survei menyatakan bahwa rusaknya lingkungan diakibatkan kebiasaan perilaku buruk manusia. Terutama ketergantungan terhadap alam dan memuliakannya yang dianggap sepele dan kurang diperhatikan. Semua bertolak dari kebiasaan pengelolaan sampah yang sudah menjadi tradisi adat maupun diciptakan oleh diri sendiri karena ketidaktahuan. Tidak sedikit masyarakat adat yang memiliki tradisi bersyukur pada alam dengan sedekah bumi yang dialirkan ke sungai atau laut tapi menyisakan sampah yang sulit dihancurkan oleh alam. Begitu pula masyarakat umum yang membuang sampah tidak semestinya, tidak dipilah mana yang bisa diolah dan dimanfaatkan, mana yang dapat merusak ekosistem alam.
Berdasarkan hal tersebut, ide kreatif muncul dari siswa SMAN 3 Bandung terinspirasi oleh influencer Pandawara yang bergerak membersihkan sungai. Mereka mencoba melakukan hal yang serupa dengan mengkombinasikan pengetahuan yang didapat dari sekolah dan pemahaman mereka dalam menjalani Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Berbagai kegiatan berupa pengorganisasian, melakukan proses, dan membuat produk yang dapat mengedukasi dan memudahkan masyarakat membuang sampah. Perubahan pola pikir dimulai pada masyarakat kecil di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat luas. Hasilnya, inspirasi siswa dalam menjaga lingkungan makin kreatif, dan warga sekolah semakin menyadari akan kebersihan dan menjaga ekosistem alam.
Ranumkan sebagai model projek untuk melestarikan sungai dan lingkungan sekitar
Kesadaran akan bahaya polusi air dan membuang sampah sembarangan harus di tumbuhkan, salah satunya melalui kegiatan projek Ranumkan Sungai, lestari lingkungan. Diharapkan melalui projek ini kesadaran siswa dalam dimensi beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, merujuk pada keputusan BSKAP no. 009/Kr/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila, model Ranumkan sungai mengambil elemen akhlak kepada alam dengan sub elemen menjaga lingkungan alam sekitar dan memahami keterhubungan ekosistem bumi dengan menjaga kelestarian air sungai.
Langkah projek yang dikembangkan yakni mengedukasi diri dan lingkungan dengan dimensi kreatif, pada elemen menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal dengan sub elemen menghasilkan gagasan yang orisinal. Sedangkan untuk mempertahankan kebiasaan baik, maka dikembangkan melalui dimensi bergotong royong; elemen Kolaborasi; dengan sub elemen saling ketergantungan positif.
Ketiga fase kegiatan projek tersebut terangkum dalam Ranumkan yang merupakan akronim dari alur pembiasaan hidup bersih dengan menjaga ekosistem lingkungan sungai, yakni Rancang kegiatan hidup anti buang sampah dan limbah sembarangan, Bangun sebuah komitmen, dan Menerapkan kebiasaan buang sampah dan limbah semestinya.
Membersihkan sungai citarum maupun cikapundung, membutuhkan upaya yang luar biasa terutama dari para pemangku kepentingan. Oleh sebab itu projek yang dilakukan oleh siswa SMAN 3 Bandung lebih menitikberatkan pada lingkungan sungai yang terjangkau dan aman bagi keselamatan mereka. Maka disusunlah perencanaan dan target sungai yang paling dekat dan resikonya lebih kecil. Terpilihlan sungai di wilayah cikajang. Adapun rencana dan pelaksanaan projek sebagai berikut:
Tabel 1 Rencana dan Eksekusi Projek Ranumkan Sungai
Waktu Projek | Kegiatan |
11-14 april 2023
| Menentukan Tema Observasi dengan ketua RT daerah dimana projek akan dilakukan Menanyakan perizinan untuk melakukan projek |
5-6 mei 2023 | observasi lokasi |
8-10 mei 2023 | pembuatan ppt untuk perizinan dan presentasi |
11 mei 2023 | perizinan dan wawancara/survei |
12-16 mei 2023 | membuat spanduk dan membeli alat untuk aksi nyata dan edukasi |
13 -18 mei 2023 | aksi nyata (pungut sampah) |
19-30 mei 2023 Juni 2023 | iklan layanan masyarakat dan laporan projek selesai |
Dimulai dengan membersihkan sekitar sungai, mengambil sampah-sampah yang menghambat aliran sungai, memprioritaskan aliran yang paling tinggi/mendekati permukaan pemukiman warga yang terdapat banyak sampah, kemudian sampah yang terkumpul di pisah-pisahkan dan dipindahkan ke tempat sampah.
Kegiatan kedua yang dilakukan sebagai upaya preventif adalah edukasi kepada masyarakat. Selain itu, para siswa memasang spanduk dan membuat iklan layanan masyarakat untuk mencegah pembuangan sampah secara sembarangan.
Setelah membersihkan sungai di cikajang, maka projek dikembangkan dengan melakukan pemungutan sampah di car free day Arcamanik dengan target pemungutan sampai sampai 2 trash bag.
Masyarakat yang peduli adalah yang mau belajar
Projek membersihkan sungai dan mengedukasi masyarakat ini bekerjasama dengan ketua RT setempat dan beberapa elemen seperti karang taruna. Namun pengerjaannya dilakukan langsung oleh siswa SMAN 3 Bandung dengan jadwal yang sudah disampaikan pada yang berwenang. Upaya untuk melakukan kegiatan yang berdampak pada masyarakat harus dilakukan bersama masyarakat melalui himbauan dari pemimpinnya.
Surat izin dari sekolah yang ditujukan pada pemerintahan setempat terutama ketua RT dilayangkan oleh para siswa agar projek ini berjalan lancar. Hal ini dilakukan untuk memudahkan para siswa melakukan pengamatan/observasi, wawancara pada masyarakat, terutama memberikan edukasi. Namun karena keterbatasan dan juga atas pertimbangan bahwa mengedukasi anak-anak lebih mudah dibandingkan pada orang dewasa, maka sasaran edukasi adalah pada mereka dengan harapan bisa diterapkan sejak dini.
Gambar 1 mengedukasi dengan quiz pada anak-anak sejak dini tentang bijak membuang sampah
Hal ini memberi pengalaman berharga pada siswa bahwa menjadi seorang influencer itu tidak mudah, butuh upaya dan kerjasama sinergis dengan masyarakat setempat terutama pimpinan.
Inovasi atau lebih tepatnya pendekatan pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan siswa yang kreatif, bermakna, kolaboratif, dan pada akhirnya hasil pembelajaran ini membuat mereka memiliki pengalaman untuk menghadapi kehidupan. Ide yang mengemuka dengan nomenklatur profil lulusan yang disebut dengan Profil Pelajar Pancasila bukan sesuatu hal yang musykil dibuat, karena setiap negara pasti sangat berharap warga negaranya memiliki karakter dan perilaku paripurna sebagaimana idealnya sebuah ideologi. Profil Pelajar Pancasila menggambarkan karakteristik pelajar yang diharapkan akan terbangun seiring dengan perkembangan dan kemajuan proses pendidikan setiap individu. Maka para pemangku kepentingan berkontribusi dalam bertumbuhkembangnya sikap peduli siswa pada sesama dan lingkungannya.
Berawal dari Ranumkan Sungai menjadi gaya hidup bersih di lingkungan sekolah
Projek penguatan karakter ini lebih mengasah kepekaan siswa maupun warga sekolah lainnya dalam menjaga keseimbangan alam. Setelah pembelajaran melalui Ranumkan ini, banyak kreasi yang mereka terapkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Salah satu buktinya adalah siswa berinovasi bagaimana agar kampanye tentang melestarikan lingkungan semakin menarik dan memudahkan masyarakat, tentunya sesuai dengan pemahaman mereka selaku pelajar, dan jangkauan lingkungan terdekat seperti sekolah terlebih dahulu.
Beberapa perilaku yang nampak dan tetap bertahan sampai saat ini yakni siswa mampu menghasilkan kesadaran anti buang sampah ke sungai berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi sanitasi di lingkungan sekitar. Mengurangi jumlah dan massa sampah, menjaga kebersihan lingkungan, dan saling mengedukasi diantara sesama.
Melakukan langkah konkret dalam bentuk kegiatan umpan balik dan mencari sumber keilmuan yang dapat menjelaskan dampak positif maupun negatif ketika berkegiatan seperti Gerakan olah sampah dari rumah, Gerakan sampah jadi berkah, Gerakan bersih-bersih sungai, Kerjasama/mengikuti program dengan dinas lingkungan hidup/Satgas Citarum Harum, Membuat spanduk atau plang himbauan berupa Kampanye atau edukasi melalui media sosial; Melakukan kegiatan berupa kampanye baik secara digital atau fisik tentang kegiatan yang telah dilakukan dari aksi nyata yang dapat dilakukan tadi.
Setiap kegiatan yang dilakukan menjadi pembiasaan siswa, bertanggung jawab dan saling mengingatkan untuk menjaga yang telah terbangun, membuat perencanaan memperluas kegiatan ke wilayah lain, maupun mengorganisasikan kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Salah satu bukti yang dilakukan para siswa sebagai upaya mengatasi dan mencegah membuang sampah ke sungai dan membersihkannya. Berikut salah satu iklan layanan masyarakat yang dibuat:
Gambar 2 (scan me!) Iklan ajakan membersihkan sungai P5 kelas X.4 SMAN 3 Bandung
Membersihkan sungai sangat penting untuk pelestarian ekosistem dan perlindungan keanekaragaman hayati. Sungai berfungsi sebagai habitat bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan, banyak di antaranya unik dan bergantung pada lingkungan air bersih. Dengan membersihkan sungai, kita dapat menjaga keseimbangan ekologi yang halus, mencegah hilangnya spesies, dan memastikan kesehatan jangka panjang dan kelestarian lingkungan alam kita.
Sungai berperan dalam pengaturan iklim dengan menyimpan dan mengangkut air, nutrisi, dan sedimen. Sungai yang bersih lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim, seperti peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan peristiwa cuaca ekstrem. Mereka dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap perubahan kondisi dan memberikan dukungan bagi ekosistem sekitarnya.
Gambar 3 siswa X.4 melakukan pembersihan sampah di sungai wilayah jalan Cikajang
Makin kreatif demi kelestarian hidup
Tidak semua masyarakat menyadari pentingnya membuang sampah dengan semestinya. Membersihkan lingkungan menjadi tugas dari dinas kebersihan, dan bahkan dianggap menurunkan harga diri. Akhirnya partisipasi sulit ditumbuhkan. Oleh sebab itu berbagai inovasi dilakukan oleh siswa SMAN 3 Bandung dengan melakukan aktivitas dan membuat produk yang dapat menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi, diantaranya adalah:
Tosatis (Tong Sampah Otomatis) P5 kelas X.6 (Mei 2024), Membuat tempat sampah pintar untuk warga sekolah. Tujuannya memudahkan warga sekolah yang merasa takut kotor kontak dengan tempat sampah. Dengan adanya tempat sampah otomatis meningkatkan kepedulian akan lingkungan sekolah.
Gambar 4 Alat yang dibutuhkan untuk membuat Tosatis
Pure Flow, P5 kelas X.8 (Mei 2024) Proyek inovatif yang menggabungkan teknologi kincir air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sederhana dengan sistem filtrasi air untuk menyediakan solusi mengatasi masalah pencemaran air dan kebutuhan energi listrik yang berkelanjutan. Proyek ini bertujuan untuk memanfaatkan energi kinetik air untuk menghasilkan listrik secara efisien dan ramah lingkungan, sambil membersihkan air dari berbagai kontaminan, termasuk buangan limbah kategori ringan. Dengan pendekatan holistik ini, PURE FLOW tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi terbarukan tetapi juga sebagai alat untuk meningkatkan kualitas air, menjadikannya solusi yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat di berbagai lokasi, baik pedesaan maupun perkotaan. Proyek ini berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan yang mengutamakan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan perlindungan lingkungan.
Gambar 5 cara kerja fure flow dan benda nyata alat penyaringan air dengan memanfaatkan barang bekas
Walking trash bin (#Menyapu sampah) P5 kelas XII MIPA 6 (Oktober 2023). Projek ini diharapkan dapat mengedukasi siswa untuk kreatif menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal berupa representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, luaran digital, realitas virtual, dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya, serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan yang dihadapi. Siswa-siswi 12 MIPA 6 dapat membuang sampah pada tempatnya, menjadikan kegiatan membuang sampah menyenangkan dengan mengendalikan tempat sampah menggunakan remot. Mengedukasi siswa-siswi 12 MIPA 6 untuk membersihkan sampahnya dengan membuang sampah pada tempatnya. setelah melakukan kegiatan apa pun.
Gambar 6 sketsa walking trash bin
Inovasi sosial melalui KBM (Kumpulkan sampah, Bawa wadah, Memungut sampah) P5 kelas XII MIPA 6 (Oktober 2023) program mengurangi sampah plastik melalui: Kurangi pemakaian plastik, Bawa wadah, dan Memungut sampah di sekitar kita, dengan mengajukan surat kepada sekolah agar membuat pengumuman resmi kepada para pelajar dengan menyarankan untuk membawa wadah makan sendiri untuk mengurangi sampah plastik.
Gambar 7 kampanye pengurangan sampah plastik dan membuang sampah semestinya
Berikut hasil survei yang dilakukan setelah kampanye dilakukan:
Gambar 8 hasil survei sebelum dan sesudah penempelan poster
Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali konten serta pengalaman belajar dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Sedangkan pembelajaran kolaboratif memberikan peluang melibatkan partisipasi aktif para peserta didik dan meminimalisasi perbedaan-perbedaan antar individu (Yang, Carter Jr, Zhang, Emerling & Hunt, 2021). Maka dalam Pembelajaran proyek kolaboratif berbasis kepekaan sosial terhadap kehidupan bernegara memberikan pengalaman dengan menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu:
Realisasi praktik, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata;
Menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.
Sehingga ketika siswa menemukan rasa dalam dirinya untuk terus berbuat dan memperbaiki ikatan dengan sesama dan lingkungannya, maka akan semakin banyak kebaikan yang dapat ditorehkannya.
Makna Ranumkan Sungai, Lestari hidup bagi pelajar
Melestarikan lingkungan hidup tidak hanya diserahkan pada para penggiat lingkungan dan pencinta alam. Namun harus menjadi bagian karakter yang tidak terpisahkan dari kebutuhan hidup manusia. Keseimbangan antara pengetahuan ilmu tentang ekosistem alam harus diiringi dengan mendidik pembiasaannya. Maka pembelajaran yang paling efektif adalah berkolaborasi melaksanakan proyek melalui metode Ranumkan, yakni Rancang, Bangun, dan menerapkan.
Ranumkan sungai merupakan salah satu upaya kokurikuler P5 di SMAN Negeri 3 Bandung, dimana siswa diasah kepekaan sosial mereka dalam berakhlak terhadap sesama dan lingkungan hidup. Begitu pula saat mereka membangun ide dan gagasan berkampanye menyadarkan diri dan masyarakat kurang efektif, maka metode ini mengajak siswa semakin kreatif mencari cara yang tepat membuat masyarakat terlibat dan berpartisipasi. Dan hal yang paling penting adalah siswa tetap berkomitmen untuk terus menerapkan karakter yang sudah mereka bangun.
Metode ini pula membuat siswa makin kreatif dan memberi keleluasaan untuk mengembangkan potensi diri. Terutama mengubah pola pikir bahwa projek itu harus berupa produk mahal dan mewah. Melainkan mewujudkan mimpi berinovasi dan bergagasan sebagai hasil sebuah projek. Sehingga pembelajaran P5 lebih menyenangkan dan menjadi alternatif solusi dalam masalah yang dihadapi siswa.
Bagaimana cara memperbaiki model ini agar berlanjut?
Metode Ranumkan sebetulnya sangat sederhana, setiap guru dapat melaksanakannya tanpa harus melakukan upaya teoretis yang menuntut penjelasan para ahli. Namun dalam pelaksanaannya membutuhkan komitmen pendidik, karena di dalam aktivitasnya diperlukan ketelatenan dalam menilai dan keteladanan untuk ditiru. Kapankah perilaku itu dibutuhkan? Yakni mulai dari aktivitas Rancangan.
Saat para siswa merancang projek mereka, maka guru harus siap dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman untuk membuka horizon siswa tentang masalah dan solusi. Pada tahap Bangun, dimana siswa mulai membangun mimpi dan solusi, seorang guru harus mampu menguatkan bahwa semua solusi pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan membutuhkan perbaikan. Di sinilah peran guru dalam menguatkan komitmen siswa untuk selalu bangkit jika terjadi kegagalan. Dan pada tahap akhir yang paling penting yakni menerapkan apa yang telah dirancang dan dibangun. Dalam tahap ini siswa dibawa untuk selalu konsisten dalam berbuat. Karena di tahap ini proses menghargai diri dan ketergantungan positif terhadap lingkungan harus dibuktikan.
Berdasarkan rekomendasi tersebut, maka hal utama yang harus dilakukan dalam mewujudkan pembelajaran berbasis proyek adalah kolaborasi. Menurunkan ego saat harus bekerjasama dengan rekan sejawat, mata pelajaran atau keilmuan di luar yang kita ampu, siswa yang membutuhkan bimbingan, terutama sensitivitas terhadap permasalahan lingkungan. Sehingga kontekstualitas dapat diterjemahkan bersamaan dengan ditemukannya masalah, menentukan solusinya, dan karakter apa yang mesti dibangun.
Mari kita Ranumkan pembelajaran dan lingkungan
Setiap pendidik tahu bagaimana cara mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswanya. Guru bisa menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis proyek dengan menilai karakter sebagai asesmen otentik. Berbagi pengalaman dengan metode sederhana yang mampu menebar kebiasaan baik pada yang lainnya akan semakin menyenangkan. Saatnya guru mulai menebar pendidikan karakter melalui metode sederhana dan menyenangkan, terutama mengaitkan permasalahan kontekstual yang sangat relate dengan kehidupan siswa. Yuk kita hargai sekecil apapun gagasan siswa manakala mereka peduli pada permasalahan lingkungan. Ajak mereka untuk terus percaya diri pada kemampuannya.
Referensi
Aulia Putra Daulay. (2020). Sungai Citarum, Predikat Sungai Tercemar di Dunia. Bagaimana Solusinya?, Konservasi DAS: Universitas Gajah Mada posted: 20 Juni 2020 https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2020/06/20/sungai-citarum-predikat-sungai-tercemar-di-dunia-bagaimana-solusinya/
BSKAP, Kemdikbudristek. (2022). Dimensi Profil Pelajar Pancasila, Keputusan no 009/BSKAP.Kr/2022
Gozali, Haris. Rohayani, Ida. (2023). Ranumkan Sungai, Lestari Lingkungan, Direktorat SMA-Ditjen Paud Dikdasmen Kemdikbudristek
Guswandi, G., & Agustina, T. W. (2018). Pencemaran Air Sungai Citarum di Wilayah Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 29(1).
Marselina, dkk. (2022). Flood Analysis and Estimating Economic Losses in an Affected Area (Case Study: Cikapundung Watershed), Air, Soil, and Water Research. First published online October 30, 2022
https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/11786221221131277
Rohayani, Ida and Suryana, Enung S. and Imayanti, Rina (2021) Pembelajaran dan penilaian proyek kolaborasi antar mata pelajaran pada rumpun IPA. Direktorat Sekolah Menengah Atas, Jakarta.
Yang, S., Carter Jr, R. A., Zhang, L., Emerling, C. R., & Hunt, T. L. (2021). A path forward: professional development as a means to support personalised learning. Journal of Education for Teaching, 1-4.
(Penulias: Ida Rohayani)