Promosikan Keragaman melalui Aktivitas Sederhana dan Menyenangkan

Kota Bengkulu (Selasa, 24 September 2024)—Sejumlah guru tampak berkelompok membuat lingkaran. Ada sebanyak lima kelompok yang terbentuk. Jumlah guru dalam satu kelompok adalah ganjil. Mereka tampak fokus menunggu aba-aba yang diberikan.

Begitu mendapatkan aba-aba untuk menjawab suatu pertanyaan, mereka lalu berteriak, “Aaaa…” Ada juga yang berteriak, “Beee…”. Setelah itu, mereka saling pandang dalam kelompoknya. Mereka tampak menghitung berapa guru yang menyebutkan huruf “A” dan berapa yang menyebutkan huruf “B”.

Diiringi tawa dan canda, mereka menyobek dan menempelkan selotip kepada rekannya yang memilih jawaban yang paling sedikit. Sebelumnya, mereka diminta untuk memilih cara memakan bubur. Apakah bubur dimakan dengan cara diaduk atau tidak diaduk?

Setelah menjawab beberapa pertanyaan dengan soal yang berbeda, peserta melakukan refleksi. Sutijo Joko Sudiro, salah satu peserta, mengaku khawatir ketika melihat rekannya mendapatkan tempelan selotip. Dia mengaku, kekhawatiran ini muncul karena ada anggota yang punya pilihan yang berbeda. “Ketika punya pilihan berbeda ada perasaan tersisihkan dan mendapatkan hukuman,” katanya.

Gusniarti, peserta lainnya, berpendapat dirinya merasa tidak takut untuk memilih. Menurut dia, berbeda baik dalam hal pandangan atau pilihan adalah hal yang biasa. “Saya membiasakan berbeda tidak masalah. Semua orang berhak memilih dan menentukan pilihan masing-masing,” katanya. Peserta lalu mendiskusikan bagaimana permainan tersebut diubah agar setiap orang merasa merdeka dengan pilihannya tanpa rasa takut.

Aktivitas ini merupakan bagian dari Modul Wawasan Kebinekaan Global, yang dikenalkan oleh Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Puspeka Kemendikbudristek) pada kegiatan Advokasi Implementasi Pemanfaatan Produk Kebinekaan bagi Pemangku Kepentingan di Provinsi Bengkulu di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Selasa (24/09/2024).

Pemateri kegiatan, Widiyanti, anggota Tim Bineka Puspeka Kemendikbudristek, menyampaikan, Modul Wawasan Kebinekaan Global disusun untuk meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan sikap toleran pada guru dan tenaga kependidikan (Tendik). Modul ini dibuat dengan alur pembelajaran orang dewasa. “Guru dan tendik jadi agen promosi toleransi dan kebinekaan,” katanya.

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, suku, agama, bahasa, dan adat istiadat. Kekayaan ini menjadi salah satu kekuatan utama bangsa. Namun, di tengah keragaman tersebut, masih sering ditemui konflik yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman dan toleransi antar individu maupun kelompok.

Sikap diskriminatif dan stereotip masih kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menumbuhkan pemahaman tentang keragaman sejak usia dini melalui aktivitas sederhana dan menyenangkan. Aktivitas ini diharapkan dapat menjadi langkah kecil yang berdampak besar dalam membangun masyarakat yang inklusif dan saling menghargai. (Agung SW/Puspeka).