Pontianak, 25 Juli 2024 – Sebagai bentuk konsistensi dalam upaya menindaklanjuti Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, khususnya peran satuan pendidikan dalam mencegah dan menangani kekerasan di sekolah, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali melaksanakan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Program Pencegahan Perundungan (Program Roots Indonesia) di Provinsi Kalimantan Barat. Kegiatan ini berlangsung di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, pada tanggal 23 hingga 25 Juli 2024, diikuti sebanyak 36 guru, perwakilan dari 21 sekolah jenjang SMP, SMA, dan SMK di Propinsi Kalimantan Barat.
Permendikbud nomor 46/2023 menegaskan pentingnya peran sekolah dalam mencegah dan menangani kekerasan di satuan pendidikan. Salah satu bentuk kekerasan yang menjadi fokus utama pencegahan adalah tindak perundungan. Berdasarkan data Asesmen Nasional tahun 2022, sebanyak 36,31% peserta didik (1 dari 3) di Indonesia berpotensi mengalami perundungan. Bentuk perundungan yang dialami anak-anak Indonesia sangat beragam, mulai dari fisik, emosional, seksual, relasional, hingga perundungan di ranah daring.
Perundungan memiliki dampak negatif yang signifikan pada peserta didik, termasuk penurunan hasil pembelajaran, masalah kesehatan mental dan fisik, serta kesejahteraan mereka di masa depan. Menyadari pentingnya hal ini, Puspeka bersama tiga direktorat teknis di lingkungan Kemendikbudristek (Direktorat SMP, SMA, dan SMK) bekerjasama dengan UNICEF melaksanakan Program Roots Indonesia. Pada tahun 2024 program Roots dilaksanakan dengan target 1.050 sekolah. Pemilihan sekolah berdasarkan hasil Asesmen Nasional tahun 2023.
Wujudkan lingkungan Sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Program Pencegahan Perundungan di Satuan Pendidikan (Program Roots Indonesia) ini bertujuan untuk menyiapkan fasilitator guru dalam menguasai modul pembelajaran Roots Indonesia, memberikan pemahaman kepada fasilitator guru mengenai cara penyampaian program Roots Indonesia kepada peserta didik sebagai agen perubahan di sekolah, serta memberikan pemahaman kepada fasilitator guru tentang langkah-langkah penerapan program pencegahan perundungan di sekolah.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat, Rita Hastarita. Dalam sambutannya Rita menyampaikan harapannya agar peserta dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam kegiatan ini di sekolah masing-masing. “Harapannya setelah bapak/ibu guru yang hadir dan mengikuti kegiatan ini dapat belajar dan memahami berbagai hal terkait pencegahan perundungan oleh Puspeka dan fasilitator kemudian menyebarkan ilmu yang sudah didapat kepada masing-masing satuan pendidikannya,” ujarnya.
Selama empat hari pelaksanaan kegiatan, peserta yang terdiri dari guru-guru SMP, SMA, dan SMK mendapatkan pelatihan intensif oleh tiga orang Fasilitator Nasional. Pelatihan ini mencakup pemahaman teori, diskusi, dan simulasi penerapan modul pembelajaran Roots Indonesia. Para fasilitator guru dilatih untuk mengenali berbagai bentuk perundungan, metode pencegahan, dan strategi pemberdayaan siswa sebagai agen perubahan.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan sekolah-sekolah di Indonesia dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman, nyaman, dan menyenangkan bagi peserta didik. Para guru yang telah dilatih diharapkan menjadi ujung tombak dalam penerapan program Roots Indonesia di sekolah masing-masing, memastikan setiap peserta didik dapat belajar dan berkembang tanpa takut menjadi korban perundungan.
Program Roots Indonesia menjadi harapan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia, untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan, sehingga generasi muda siap menghadapi masa depan dengan penuh percaya diri.
Pusat Penguatan Karakter
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi